Senin, 14 Juli 2008

Kepada Kawan

-teruntuk esok yang akan pergi

jalan ini berbatu kawan,
jangan menyerah...
buang takutmu, berdiri kawan
kita lewati bersama
tertatih
berlari
kita bersama, kawan
kita main ombak dulu di sini
lihat, istana pasirmu indah
sayang,kosong tak berpenghuni
di pantai ini kawan,
banyak cerita kita jejakkan
banyak air mata kita hapuskan
banyak penat kita lemparkan
terlalu banyak kawan,
hari belum petang
jangan keburu pulang

Sudut Terminal Djogja, 27 Mei 2008

Mata Basah Aisyah

tak ada rasa aman...
bocah berdarah kepalanya, tersambar batu dan pecahan kaca bis
semua menjadi rawan...
malam hening...jangkrikpun tak berani mengerik...
para suami dikejar-kejar...
ditangkap tak kembali
entah hidup atau mati...
semua tinggal nama di kepala para istri-istri yang menanti
hidup makin tak pasti...
sementara semua rencana tak lagi bisa ditunda...
tinggal puing-puing...
ditinggal semua penghuninya,,,
terpaksa memang, tapi itulah rencana segumpal otak yg entah terbuat dari apa dan milik siapa
sampai kini tak pernah ada jawaban lagi..
dimana peta itu...
pun ketika kaki ini kembali,semua sudah mati..
hanya kertas-kertas usam yang berani menuliskan kekejamannya
dan pena tak bertinta yang mengukirnya...
menjadi sebuah cerita yang tak bernyawa...
karena memang nyawa-nyawa itu telah dibunuh secara paksa...
bayi-bayi yang hendak lahirpun memohon kepada Tuhannya..
"Ya Tuhan...tangguhkan aku di surgamu, di bawah sana terlalu menyesakkan,,,"
terlalu menyita air mataku...
kenapa Tuhan tidak pernah mengeringkan air mata?
pernahkah terlintas pertanyaan itu di kepala orang dewasa...
anak-anak yang gemetar kelaparan hampir tak punya lagi air mata...
bukan apa-apa,mereka terlalu letih...
terlalu letih dengan semua ini..
semua yang tidak pernah ia pelajari di dalam kandungan ibunya...
semua yang tidak pernah ia dapat di surga...
dan lagi-lagi jaman mencekiknya paksa...
meminta isi perutnya...
dikeluarkan..."keluarkan kataku...!
bayi yang menjerit melengking suara menggugah penghuni langit...
langit tak lagi mendung tapi bau tanah basah selalu menyergap...
menyelimuti nyawa-nyawa yang entah dimana raganya...
semua sembunyi...
sunyi...
senyap...
sepi...
tapi mata ini belum juga teduh...
masih basah oleh air yang tak pernah kering...
dan hati ini masih menggumpal badai...
badai yang tak terbeli sakitnya...
dan tak tertawar amukannya...
sudahlah kawan...
hari masih petang, sejenak kita pejamkan...
besok pagi kita kembali perang...

Sudut Terminal Djogja, 23 Mei 2008